Wali Kota Magelang Minta Warganya Tinggalkan “Mental Gratisan”

25 Mei 2021

Comments

KOTA MAGELANG – Wali Kota Magelang, dr. Muchamad Nur Aziz meminta warganya untuk mulai meninggalkan ”mental gratisan”. Sebab, apapun hasil yang didapat dari usaha sendiri jauh lebih baik, ketimbang menanti uluran tangan orang lain.

”Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Saya mengajak bapak ibu untuk melatih anak-anak kita supaya mandiri, tidak bermental gratis,” kata Aziz, saat menghadiri panen raya Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini, Kampung Pinggirejo, Kelurahan Wates, Magelang Utara, Selasa (25/5).

Menurutnya, pemerintah itu punya tugas mengurus masyarakat dengan kategori paling lemah saja. Sedangkan kalangan menengah, sebaiknya mulai sekarang berusaha mandiri.

”Saya simpati melihat seorang janda, asal Magersari. Jadi beliau itu, walaupun anaknya masih sekolah, tapi mengembalikan dana BLT ke pemerintah. Baginya, penghasilan dari jualan gorengan sudah cukup, sehingga dia memilih agar bantuan itu diserahkan kepada mereka yang lebih berhak,” ujarnya.

Aksi seorang ibu itu, menurut Aziz semestinya bisa menjadi motivasi warganya untuk bekerja lebih keras lagi agar kebutuhan mereka tercukupi. Pemerintah, katanya, siap mendorongnya, tidak hanya masalah finansial tapi juga pengembangan SDM agar masyarakat lebih berdaya.

”Kuncinya ya itu, mandiri dulu. Kalau bisa orang itu berusaha keras, sehingga memiliki usaha sendiri, dan bekerja di tempat sendiri,” imbuhnya.

Pada kesempatan itu, Aziz mengingatkan KWT Kartini agar tidak menggratiskan hasil panen tanaman organik ini kepada warga. Sebab jika gratis, maka akan menimbulkan kesan bahwa hasil usaha KWT tidak ada harganya.

”Lebih baik tetap dijual tapi dengan harga yang murah, sehingga ada pendapatan juga bagi anggota KWT. Kalau digratiskan saya khawatir, semangatnya nanti justru turun,” jelasnya.

Aziz juga merasa terinspirasi dari keuletean anggota KWT Kartini yang sebagian besar adalah para ibu rumah tangga itu. Dia menginginkan agar semua kelurahan di Kota Magelang kelak bisa memiliki KWT seperti ini.

“Jika itu terwujud maka Kota Magelang bisa saja menjadi daerah mandiri pangan. Di sini semuanya organik. Kalau sudah sayur dan buah, ke depan bisa tanam padi. Kembangkan lagi perikanan dan peternakan. Saya ingin nanti semua kelurahan bisa mencotoh Wates, yang punya KWT terbaik seperti ini,” ucapnya.

Komitmen tersebut diwujudkan lewat program ”Magelang Cantik” yaitu Magelang Cinta Organik yang digagas Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang. Disperpa telah membentuk KWT percontohan di dua lokasi yaitu KWT Sari Makmur (Kelurahan Kedungsari), dan KWT Kartini (Kelurahan Wates). Ke depan KWT di masing-masing kelurahan akan dibentuk.

”Magelang Cantik ini mengembangkan pemanfaatan pekarangan. Karena disadari atau tidak, lahan produktif dan lahan pertanian makin sempit, tinggal 142,83 hektar sawah, dan 18,51 hektar tegalan. Sedangkan luas lahan pekarangan mencapai 1.234 hektar,” kata Kepala Disperpa Kota Magelang, Eri Widyo Saptoko.

Sementara itu, Ketua RW 7 Wates, Sri Sudarwati mengaku bangga, KWT Kartini masih eksis sampai saat ini. Untuk diketahui, KWT Kartini ini bermula dari Bank Sampah Kartini yang lahir sejak tahun 2012 lalu.

”Awalnya berbentuk bank sampah dan kampung organik. Ibu-ibu rumah tangga selalu aktif untuk menanam beraneka ragam jenis tanaman organik, termasuk sayuran dan buah-buahan. Hasilnya sebagian dijual, sebagian dimanfaatkan warga secara cuma-cuma,” jelasnya.

Kesuksesan Kampung Pinggirejo mengelola kampung organik ini tersebar sampai ke luar daerah, sehingga mendorong sejumlah daerah tertarik studi banding. Mereka belajar cara menanam tanaman organik, beternak, dan lain sebagainya. (pemkotmgl)

Related Posts

0 Comments

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *