Perajin Wayang dari Kampung Jagoan Kota Magelang Mendunia

26 Januari 2021

Comments

MAGELANG – Tak banyak perajin wayang di Kota Magelang. Salah satu dari sedikit itu adalah Dahsat Jatmiko dengan brand Maharani Art di Jalan Jagoan 2 Kampung Jagoan, Kelurahan Jurangombo Utara, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang yang potensial terus berkembang.

Ditemui di rumahnya, Jatmiko bercerita sudah sejak kecil menyukai wayang kulit. Setiap kali ada pementasan wayang kerap ditontonnya, hingga sering membuat gambar wayang di atas kertas.

Bapak kelahiran Magelang, 14 Maret 1971 ini mulai menekuni kerajinan wayang kulit sejak tahun 2005. Keahlian ini ia dapat secara otodidak, yang mana di awal-awal gambarnya kurang pas.

“Saya asal bikin saja, lalu berguru ke dalang dan perajin wayang lain untuk menilai wayang yang saya buat. Dari situ, ada koreksi yang bisa saya perbaiki di pembuatan berikutnya,” ujarnya.

Jatmiko terus berkarya dengan beragam tokoh. Berbagai pesanan dari seniman, dalang, hingga peminat souvenir dibikin dengan cermat. Tak terhitung berapa wayang yang ia buat dan tersebar di berbagai tempat.

“Semula bikin wayang untuk pementasan sesuai pesanan dalang. Lama-lama bikin juga wayang untuk souvenir,” katanya.

Proses pembuatan tergantung ukuran dan tingkat kerumitan. Proses dimulai dari penipisan kulit kerbau dan dibentangkan untuk dijemur. Berikutnya dibuat pola dan dipahat/diukir. Terakhir pewarnaan dan pemasangan tangkai.

“Paling cepat seminggu jadi. Kalau yang rumit, seperti gunungan bisa sampai sebulan. Ukuran gunungan 85 cm, sedangkan tokoh hanya 55 cm. Gunungan memang lebih rumit, karena detail baik ukiran maupun warnanya,” jelasnya.

Jatmiko mengaku, wayang buatannya sudah banyak beredar di Magelang, Jawa Tengah, bahkan sampai luar Jawa. Pernah dibawa ke Singapura oleh temannya yang memesan wayang kulit sebagai oleh-oleh kerabatnya di Singapura.

“Pesanan paling banyak satuan, terutama tokoh Gatotkaca. Kalau yang satu paket paling banyak Punokawan (4 tokoh). Harga bervariasi, seperti gunungan Rp 2 juta, Gatotkaca Rp 1,5 juta, dan Punokawan Rp 2 juta,” terangnya yang juga membuat beberapa jenis souvernir, seperti gantungan kunci, wayang mini, hiasan dinding, maskot, dan lainnya.

Ada pengalaman menarik yang ia alami, yakni pernah membuat wayang berwajah mirip Wali Kota Magelang, Sigit Widyonindito.

“Ada pesanan dari dalang membuat wayang tokoh Pak Wali Kota. Wayang itu dimainkan saat pementasan di Pendopo Mantiasih. Setelahnya dikasihkan ke Pak Wali Kota sebagai kenang-kenangan,” ungkapnya.

Sementara itu, Kabid Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang, Sugeng Priyadi mengaku, Pemkot sangat memerhatikan wayang, karena di dalamnya terdapat banyak tutur, pelajaran, dan hikmah yang perlu diteladani.

“Pemkot sangat perhatian terhadap pengembangan wayang, baik itu wayang kulit, wayang orang hingga penyediaan kostum dan berbagai assesoriesnya. Seiring dengan program Rumah Budaya yang sedang digulirkan, kami harap seni pewayangan juga dapat berkembang. Jika dibutuhkan stimulan, maka bisa mengajukan proposal melalui dana bansos,” ungkapnya. (prokompim/kotamgl)

Related Posts

0 Comments

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *