DLH Uji Kualitas dan Kerusakan Tanah di Kota Magelang

1 Desember 2020

Comments

MAGELANG – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang menguji kualitas tanah dan menginventarisir status kerusakan tanah di sejumlah titik. Pengujian ini untuk membantu Pemkot Magelang dalam mengambil kebijakan pengelolaan tanah.

Ada lima titik yang diuji yakni di Kelurahan Kedungsari 3 titik, 1 titik di Wates, dan 1 titik di Kelurahan Tidar Selatan. Semua lokasi ini memiliki kontur tanah yang sangat miring.

“Lokasi tersebut yang diambil, karena kontur tanah yang sangat miring. Kita mengambil contoh di lokasi yang berada di area kemiringan,” jelas Mepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Konservasi SDA DLH Kota Magelang, Irwan Adhie Nugroho, dihubungi belum lama ini.

Irwan menjelaskan, pengujian dilakukan dengan pengukuran di lokasi dan pengambilan sampel tanah. Setidaknya ada lima parameter yang diambil dalam kegiatan ini, yakni lokasi koordinat, ketebalan solum (terdiri dari lapisan permukaan dan subsoil yang mengalami proses pembentukan tanah yang sama), derajat pelulusan air, PH (indikator tingkat asam), dan kebatuan permukaan.

“Tujuan dari kegiatan ini menginventarisir status kerusakan tanah akibat kegiatan produksi biomassa, membuat database berupa sistem informasi tentang kualitas tanah, dan membantu kepala daerah dalam pengambilan kebijakan pengelolaan tanah dengan memperhitungkan daya dukung lingkungan,” jelasnya.

Kepala Seksi Pencegahan Pencemaran Lingkungan, dan Konservasi SDA, Umi Nadhiroh menambahkan, berdasarkan hasil proses matching dan skoring untuk areal efektif jika dibandingkan tabel potensi kerusakan tanah dari berbagai parameter kerusakan tanah, maka diperoleh hasil bahwa, areal tanah yang diamati mempunyai status rusak ringan (R.I) dengan faktor pembatas berupa ketebalan solum dan derajat pelulusan air (R.I-s,p).

Proses matching dan skoring sendiri, katanya diawali dengan menghitung frekuensi relatif dari setiap parameter kerusakan tanah. Nilai frekuensi relatif tersebut merupakan nilai presentasi kerusakan tanah berdasarkan perbandingan jumlah contoh tanah yang tergolong rusak.

“Di antaranya hasil pengukuran setiap parameter kerusakan tanah yang sesuai dengan kriteria baku mutu kerusakan tanah, terhadap jumlah keseluruhan titik pengamatan yang dilakukan dalam polygon,” katanya.

Dia menyebutkan, berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa parameter yang diamati di lokasi titik sampling tanah, diketahui untuk parameter ketebalan solum memiliki frekuensi relatif sebesar 20% dan untuk parameter derajat pelulusan air memiliki frekuensi relatif sebesar 80%.

“Untuk parameter lainnya memiliki frekuensi relatif sebesar 0%, dikarenakan hasil pengukuran tidak ada yang melebihi ambang kritis yang berlaku,” terangnya.

Untuk parameter ketebalan solum, imbuhnya, relatif normal. Namun, terkait dengan parameter derajat pelulusan air yang mencapai frekuensi 80% tersebut disebabkan karena lokasi titik sampling masuk dalam kategori lahan kritis atau tanah yang memiliki kemiringan yang cukup terjal.

“Hal inilah yang menyebabkan nilai derajat pelulusan air cukup tinggi,” tandasnya.

Usai kegiatan pengujian ini, Umi mengungkapkan, ke depan akan dilakukan penanam pohon di sekitar area Tuk Pecah Kelurahan Wates. Hal ini guna menstabilkan pelulusan air.

“Rencana kita tanam 50 batang pohon dengan anggaran yang diusulkan tahun depan,” ungkapnya. (prokompim/kotamgl)

Related Posts

0 Comments

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *