KOTA MAGELANG – Wali Kota Magelang dr. Muchamad Nur Aziz berkesempatan berkunjung ke Sekolah Bhakti Tunas Harapan (SBTH) di Jalan Jenderal Sudirman 68A Kota Magelang, Senin (21/8/2023).
Pada kunjungan tersebut, Dokter Aziz memberikan ceramah kebangsaan tentang toleransi di hadapan para siswa dan guru. Dia beserta jajaranannya juga melihat langsung kegiatan belajar mengajar di sekolah nasional tiga bahasa itu.
Dokter Aziz mengapresiasi dan sangat bangga dengan SBTH yang telah menanamkan nilai-nilai toleransi antarsesama tanpa memandang suku, agama, ataupun golongan tertentu.
Dia ingin memberi contoh kepada sekolah lain, terutama sekolah pemerintah (negeri) agar betul-betul menerapkan moderasi beragama dengan baik. Di SBTH semua pemeluk agama mendapat perlindungan dan pendidikan yang sama.
“Di sekolah pemerintah sebenarnya sudah menerapkan ini, menaungi semua pemeluk agama. Toleransi harus diterapkan betul di lingkungan sekolah, jangan sampai muncul kembali kesan intoleransi di sekolah, seperti tahun 2022 pada saat PPDB yang sebetulnya kesan itu tidak benar adanya,” jelasnya.
Menurutnya, toleransi memang harus ditegakkan untuk membangun bangsa Indonesia. Toleransi sudah tumbuh sejak masa kerajaan Majapahit.m
“Toleransi tidak hanya masalah agama, tapi dalam kehidupan sehari-hari harus toleransi. Tidak sempit. Saling menghormati (tasamuh), tidak ada merasa bahwa diri kita lebih baik dan hebat,” katanya.
Dia menuturkan, salah satu programnya dalam menjalankan roda Pemerintah Kota Magelang adalah Program Magelang Agamis (Progamis). Program ini yang sekarang terus digenjot dalam rangka meningkatkan Indeks Kota Toleran (IKT) secara nasional.
“Kita ingin mencapai Progamis, salah satunya dengan menguatkan toleransi antarsesama dan antarumat beragama. Wujud toleransi itu berupa Kampung Religi yang isinya bukan hanya urusan agama semata, tapi juga sosial dan budaya antarsesama manusia,” ujarnya.
Kepala SBTH Kota Magelang, Gerardus Edi Prasetyo memaparkan, pihak sekolah memberikan fasilitas bagi semua agama yang dianut oleh siswa, guru dan civitas akademika. Fasilitas pendidikan sampai beribadah.
Bahkan, setiap perayaan hari besar agama semua civitas akademika turut merayakan. Ini agar setiap siswa memahami dan menghormati agama yang dianut oleh siswa lainnya.
“Setiap agama difasilitasi. Kalau Ramadhan kami ada kegiatan bagi-bagi takjil dan halal bi halal. Lalu Natal, Waisak, Tahun Baru Imlek dan lainnya. Selain itu, kami juga ajarkan sejarah kebudayaan misalnya dengan wayang potehi, sejarah kue bulan (moon cake) dan sebagainya,” terang Edi.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) IKT Kota Magelang Catur Adi Subagio menambahkan, toleransi di Kota Magelang sebenarnya sangat terjaga, terbukti di kawasan Alun-alun berdiri tempat-tempat ibadah yang besar, yakni Masjid Agung Kauman, Kelenteng TITD Liong Hok Bio, GPIB, dan Gereja Ignatius.
Satgas IKT, bertugas fokus meningkatkan indeks penilaian Kota Magelang. Pada tahun 2022 lalu, IKT Kota Magelang turun, sehingga peringkatnya melorot dari sebelumnya di posisi 6 Kota Toleran di Indonesia menjadi posisi 10 secara nasional.
“Kita sudah bekerja sesuai dengan tahapan-tahapan. Di awal kita sudah klarifikasi ke sejumlah pihak soal anggapan adanya unsur intoleransi pada PPDB tingkat SMP tahun 2022 lalu dan hasilnya tidak ada indikasi itu,” tuturnya.
Ia juga mengkoordinasikan banyak hal agar tidak muncul statement yang membuat indeks toleransi Kota Magelang turun. Termasuk koordinasi dengan wakil rakyat agar bersama-sama mewujudkan tujuan tersebut. (pemkotmgl)
Siaran Pers No: 481.5/14/8/133/2023
0 Komentar